Abstrak
Kebijakan untuk menetapkan kawasan andalan merupakan bagian dari proses pembangunan wilayah dimana bertujuan untuk mengurangi kesenjangan. Namun dalam penetapan kawasan andalan tersebut harus melalui analisa yang komprehensif agar tidak semakin melebarkan kesenjangan yang ada antar daerah dan kawasan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah dalam mengklasifikasikan daerah sebagai kunci wilayah (Kawasan andalan) dengan referensi khusus untuk provinsi Kalimantan Selatan.
Kebijakan penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan hanya didasarkan pada pendapatan daerah per kapita dan subsektor yang diketahui dengan menggunkan analisa location quotient dan logistic regression. Kebijakan yang dibuat tampaknya, mengabaikan pertumbuhan pendapatan daerah dan spesialisasi daerah. Analisis juga menunjukkan bahwa klasifikasi daerah berdasarkan Klassen Typology adalah sebuah alternatif yang lebih baik daripada Key Region.
Key words: kawasan andalan, LQ, logistic regression, Klassen Typology
Tujuan
Untuk mengevaluasi Kebijakan Penetapan
Ruang Lingkup
Kebijakan Penetapan Kawasan Andalan Kalimantan Selatan
Gambaran Umum
Salah satu realitas pembangunan adalah terciptanya kesenjangan pembangunan antardaerah dan antarkawasan. Menyadari hal tersebut, pemerintah mencoba melakukan perubahan konsep pembangunan dari pendekatan sektoral kepada pendekatan regional sejak repelita VI. “Pendekatan pengembangan wilayah tersebut dilakukan melalui penataan ruang sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang bertujuan untuk mengem-bangkan pola dan struktur ruang nasional melalui pendekatan kawasan, dan dilaksanakan melalui penetapan kawasan andalan” (Witoelar, 2000).
Kawasan andalan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian wilayah (prime mover), yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh dibandingkan lokasi lainnya dalam suatu Provinsi, memiliki sektor unggulan dan memiliki keterkaitan ekonomi dengan daerah sekitar (hinterland) (Royat, 1996:15). Pertumbuhan kawasan andalan diharapkan dapat memberikan imbas positif bagi pertum-buhan ekonomi daerah sekitar (hiterland), melalui pemberdayaan sektor/subsektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah. Penekanan pada pertumbuhan ekonomi sebagai arah kebijakan penetapan kawasan andalan adalah mengingat “pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu variabel ekonomi yang merupakan indikator kunci dalam pembangunan” (Kuncoro, 2000:18).
Kawasan andalan Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), terdiri dari kawasan andalan Banjarmasin, Batulicin-Kotabaru, dan Kandangan-Hulu Sungai Selatan. Penentuan kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Kebijakan lebih lanjut terhadap kawasan andalan Kalimantan Selatan adalah ditetapkannya KAPET Batulicin yang merupakan kawasan andalan dalam Kabupaten Kotabaru. Untuk memberikan gambaran mengenai letak kawasan andalan Kalimantan Selatan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1
Berdasarkan kriterianya, penetapan kawasan andalan semata-mata didasarkan pada aspek ekonomi, meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya faktor lain di luar faktor ekonomi. Secara konseptual kebijakan pemerintah tersebut sangat efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, dalam upaya mengejar ketertinggalan pembangunan antardaerah. Meskipun demikian, penerapan di lapangan tidak menutup kemungkinan adanya penyimpangan kebijakan tersebut terutama dalam penetapan suatu daerah sebagai kawasan andalan. Akibatnya, kebijakan yang ditetapkan hanyalah sebagai simbol kepedulian terhadap realitas keterbe-lakangan yang dialami daerah, khususnya daerah-daerah di Kawasan Timur Indonesia.
Landasan Teori
Konsep Kawasan Andalan
Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasiona adalah suatu kawasan yang dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah melalui pengembangan kegiatan ekonomi yang diandalkan sebagai motor penggerak pengembangan wilayah. Kawasan Andalah diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya. Kawasan anadalan merupakan kawasan yang menjadi Hubungan Konsep kawasan andalan dengan teori pembangunan reigonal sangat erat. Untuk menetapkan Kawasan Andalan memerlukan dukungan teori pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, teori pusat pertumbuhan, dan teori spesialisasi. Sebagai kawasan yang memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh dibandingkan dari daerah lainnya dalam suatu provinsi, berarti kawasan andalan memiliki faktor-faktor kelebihan yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi (technological progress) (Todaro 2000:115).
Metode
Ketepatan Penentuan Kawasan Andalan di Propinsi Kalimantan Selatan bisa di evaluasi dengan menggunakan metode :
- Analisis Tipologi Klassen
- Location Quotient,
- Indeks Spesialisasi Regional,
- Model Logit (Binary Logistic Regression), dan
- Multinomial Logistic Regression.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menen-tukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil, 1989).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) daerah cepat-maju dan cepa- tumbuh, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan; (2) daerah maju tapi tertekan, daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan; (3) daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan. (4) Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk menetapkan kawasan kedalam 4 kategori tersebut digunakan cara mebandingkan PDRB yang ada di suatu kawasan dengan nilai rata rata PDRB seluruh Propinsi Kalimantan Selatan.
Tabel 1
Tabel 2
Gambar 2
Keterangan :
KTB = Kotabaru, BJM = Banjarmasin, HSS = Hulu Sungai Selatan,
TALA = Tanah Laut, BJR = Banjar, BTL = Barito Kuala,
TPN = Tapin, HST = Hulu Sungai Tengah, HSU = Hulu Sungai Utara,
TBL = Tabalong.
Gambar 2. Posisi Perekonomian Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan menurut Tipologi Klassesn
Dengan tipologi Klassen, kita dapat membagi kabupaten/kota di Kalimatan Selatan menjadi 4 klasifikasi (lihat Gambar 2). Kabupaten Kotabaru merupakan satu-satunya daerah kawasan andalan yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh, sedangkan dua daerah lainnya yaitu Kota Banjarmasin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan masing-masing berada pada kategori daerah maju tapi tertekan dan daerah relatif tertinggal. Keadaan tersebut menunjukkan kurang tepatnya penetapan kawasan andalan.
Analisa Location Quotion
Analisis LQ digunakan untuk menentukan subsektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu pada formulasi Bendavid-Val (1991:74) berikut :
Keterangan :
Xr = Nilai Produksi subsektor i pada daerah Kabupaten
RVr = Total PDRB Kabupaten
Xn = Nilai Produksi subsektor i pada daerah Provinsi Kalimantan Selatan
RVn = Total PDRB Provinsi Kalimantan Selatan
Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid – Val, (1991:74) yaitu bila LQ > 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasional. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, dan bila LQ = 1 : berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional. Bila nilai LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila nilai LQ < 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah.
Tabel 3
Analisis LQ menunjukkan bahwa seluruh kabupaten/kota baik yang berada dalam kawasan andalan maupun pada kawasan bukan andalan, memiliki nilai LQ yang lebih besar dari satu pada beberapa subsektor lapangan usaha. Artinya, semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sub-sektor unggulan dan penetapan kawasan an-dalan berdasarkan persyaratan sektor unggulan dapat dipandang tepat. Hasil perhitungan analisis LQ dapat ditunjukkan pada tabel 3.
Analisa Spesiali Regional
Penggunaan alat analisis indeks spesialisasi regional adalah untuk mengetahui tingkat spesialisasi antardaerah di Provinsi Kalimantan Selatan, dengan menggunakan Indeks Krugman sebagaimana diterapkan oleh Kim (1995:881 – 908) untuk menganalisis spesialiasi regional di Amerika Serikat, yaitu:
Keterangan :
SIjk = Indeks Spesialisasi Kabupaten j dan k
Eij = PDRB Sektor i pada Kabupaten j
Ej = Total PDRB Kabupaten j
Eik = PDRB Sektor i pada Kabupaten k
Ek = Total PDRB Kabupaten k
Kriteria pengukurannya menurut Kim (1995:883) adalah “bila Indeks spesialisasi regional mendekati nol maka kedua daerah j dan k tidak memiliki spesialisasi, dan bila indeks spesialisasi regional mendekati dua maka kedua daerah j dan k memiliki spesialisasi”. Batas tengah antara angka nol dan dua tersebut adalah satu, oleh karena itu nilai indeks spesialisasi yang lebih besar dari satu dapat dianggap sebagai sektor/subsektor yang memiliki spesialisasi. Untuk melihat tinggi rendahnya tingkat spesialisasi suatu daerah terhadap daerah lainnya, sebagai pembanding dipergunakan nilai rata-rata indeks spesialisasi seluruh daerah.
Hasil perhitungan indeks spesialisasi menunjukkan adanya kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,11 yaitu dari 0,74 pada tahun 1993 menjadi 0,85 pada tahun 1999. Kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi tersebut didorong oleh kenaikan nilai rata-rata pada masing-masing daerah Kenaikan rata-rata indeks spesialisasi kabupaten/kota pada kawasan andalan sebesar 0.07 sedangkan kawasan bukan andalan mengalami kenaikan sebesar 0.13. Hal tersebut menunjukkan kabupaten/kota pada kawasan bukan andalan memiliki perkembangan tingkat spesialisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan andalan. Secara rinci spesialisasi antardaerah di Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.
Tabel 4
Tabel 5
Pengklasifikasian Dengan Binary Logistic Regression Dan Multinomial Logistic Regression
Analisis untuk membedakan kinerja perekonomian kawasan andalan dan kawasan bukan andalan digunakan model logit atau binary logistic regression, sedangkan untuk melihat alternatif pengklasifikasian daerah di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan model multinomial logistic regression.
Analisis model logit atau binary logistic regression, dilakukan dengan menggunakan persamaan (Kun coro, 2001 : 210) berikut ini:
di mana :
Y = Dummy Variabel, di mana 1 = Kawasan andalan; 0 = Kawasan bukan andalan
X1 = Pertumbuhan PDRB
X2 = PDRB per kapita
X3 = Spesialisasi daerah
Dengan menggunakan variabel yang sama sebagaimana model logit di atas, maka analisis model regresi logistik multinomial untuk melihat alternatif pengklasifikasian daerah di Kalimantan Selatan dilakukan melalui persamaan berikut :
di mana
D4 = Klasifikasi kabupaten/kota di Kalimantan Selatan yaitu:
1 = Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
2 = Daerah maju tapi tertekan
3 = Daerah berkembang cepat
4 = Daerah relatif tertinggal
Berdasarkan hasil analisis logit, pengujian kecocokan model analisis menunjukkan bahwa pengujian model penuh dengan tiga variabel bebas dibandingkan dengan konstanta terbukti secara statistik bahwa sejumlah variabel pen-jelas mampu membedakan kawasan andalan dan kawasan bukan andalan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai Chi-Square = 12,86 dengan derajat kebebasan (3, N=60) yang signifikan dengan p < 0,01 (lihat Tabel 6).
Kemampuan peramalan dari model yang digunakan cukup bagus, yaitu tingkat sukses total sebesar 76,67%, dengan 95,24% kawasan andalan dan 33,33% kawasan bukan andalan mampu diramal secara benar (lihat Tabel 7). Meskipun kemampuan peramalan dari model logit di atas cukup bagus, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan peramalan dari model regresi logistik multinomial dengan menggunakan empat klasifikasi pilihan hasil. Tingkat sukses total peramalan model regresi multinomial sebesar 88,3%, dengan 100,0% daerah cepat maju, 100% daerah maju tertekan, 72,2% daerah berkembang, dan 91,7% daerah relatif tertinggal telah dapat diramalkan secara benar (lihat Tabel 8).
Hasil perbandingan kedua model klasifikasi daerah di Provinsi Kalimantan Selatan tersebut menunjukkan perlunya dilakukan klasifikasi daerah berdasarkan empat klasifikasi perkembangan perekonomian, di samping klasifikasi yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan kawasan andalan dan kawasan bukan andalan, terutama untuk lebih fokusnya kebijakan pembangunan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan pada seluruh kabupaten/ kota yang ada di Kalimantan Selatan.
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Hasil analisis model logit menunjukkan bahwa menurut kriteria Wald hanya variabel pendapatan per kapita (X2) yang dapat diandalkan untuk meramal kawasan andalan, dengan nilai statistik Wald sebesar 6,59 yang signifikan dengan p<0,05 (lihat tabel 9). Hal tersebut berarti pendapatan per kapita memiliki pengaruh secara positif terhadap probabilitas suatu daerah berada pada kawasan andalan. Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan perkapita maka semakin tinggi pula probabilitas suatu daerah berada di kawasan andalan. Variabel pertumbuhan PDRB dan spesialisasi daerah menunjukkan keadaan yang tidak signifikan secara statistik yang berarti tidak memiliki pengaruh terhadap probabilitas suatu daerah berada pada kawasan andalan. Tingkat signifikansi tersebut menunjukkan bahwa pemilihan suatu daerah sebagai kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan tidak mempertimbangkan tingkat pertumbuhan PDRB dan spesialisasi daerah. Kriteria yang diacu dalam penetapan kawasan andalan hanya pendapatan per kapita saja.
Tabel 9
Hasil analisis model regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa menurut kriteria statistik Wald, seluruh variabel penjelas pada klasifikasi cepat maju-cepat tumbuh dan maju tapi tertekan menunjukkan keadaan yang tidak signifikan dengan nilai statistik Wald 0,00 (lihat tabel 10). Hal ini berarti seluruh variabel peramal tidak memiliki pengaruh dan tidak dapat diandalkan untuk meramal klasifikasi daerah pada kedua klasifikasi tersebut. Kendati demikian, daerah dengan klasifikasi berkembang cepat memiliki dua variabel yang signifikan dengan p<0,05 yaitu pertumbuhan PDRB dan indeks spesialisasi. Hal tersebut berarti pertumbuhan PDRB dan indeks spesialisasi memiliki pengaruh terhadap pengklasifikasian daerah sebagai daerah berkembang cepat.
Tabel 10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pertimbangan penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan hanya mengacu pada pendapatan per kapita dan subsektor unggulan, yang ditunjukkan oleh hasil analisis location Quotient dan model logit. Pertumbuhan PDRB dan spesialisasi daerah ternyata tidak menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan. Dari 3 kawasan andalan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita tinggi. Pengklasifikasian Kawasan Andalan yang Cuma 2 tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan daerah di kalimantan Selatan. Pengklasifikasian bisa dibuat menjadi 4 macam seperti daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif tertinggal.
Lampiran